LEWAT KUPER, MENJADI NETIZEN ANTI KUPER YANG KRITIS DENGAN LITERASI KUAT DAN JURNALISTIK SEHAT

Dewasa ini, berita suatu peristiwa trending dapat kita temukan dengan mudahnya. Berbagai media online tumpang tindih memenuhi laman kata kunci pencarian, ingin menjadi paling awal meliput dan menyebarkan kejadian. Berita inilah yang kemudian bertebaran dari berbagai situs dan web, juga aplikasi sosial media yang dengan cepat membagikan kembali semua berita tersebut. Namun sayangnya, sering kali di antara berita itu kita menemukan ketimpangan satu fakta dengan fakta lain, satu logika dengan logika lain, sehingga kebenaran dari kejadian asli justru menjadi buram. Menanggapi itu, sekaligus bertujuan menggiatkan literasi bagi pelajar SMAN 1 Pemali, SMAN 1 Pemali memilih bertandang langsung ke kantor salah satu ranah publikasi pemberitaan di Bangka Belitung, Bangka Pos, pada Kamis pagi menjelang siang, 21 Juli 2022.

Siapa yang tidak mengenal portal pemberitaan satu ini? Bangka Pos merupakan 1 dari 8 portal publikasi siber rujukan dan 1 dari 6 portal publikasi cetak terpercaya se-Bangka Belitung yang telah dikonfirmasi oleh Dewan Pers. Berkantor pusat di Jl. KH Abdurrahman Siddik Pangkalpinang, liputan berita Bangka Pos diolah, artikel opini dikemas, dan sastra disunting menjadi informasi layak baca. Tidak hanya melalui media cetak seperti koran, publikasi ini juga dilakukan di media online serta dalam bentuk video Bangka Pos. Dan di sinilah, dalam Ruang Meeting Bangka Pos Grup, perwakilan SMAN 1 Pemali menimba ilmu jurnalistik sebanyak-banyak serta mengetahui jalan hingga sebuah hasil jurnalistik sampai ke tangan warganet.

Adalah salah satu program kerja OSIS sekbid IT dan Jurnalistik, KUPER (Kunjungan Pelatihan IT dan Jurnalistik) dengan tujuan pelatihan ke Bangka Pos yang telah dicanangkan sejak Februari lalu. Beranggotakan 60 orang pengurus OSIS/MPK didampingi 5 guru pembimbing, suasana semarak memenuhi ruang pertemuan tempat kunjungan berlangsung. Siswa-siswi perwakilan SMAN 1 Pemali ini aktif bertanya dan menanggapi para narasumber selaku pakar jurnalistik, sementara para pemateri dengan senang hati menguraikan materi kepenulisan dan jurnalistik.

Salah satunya adalah Bapak Arif Subakti A.Md, selaku staf sirkulasi pengendalian wilayah. Dalam pembukaan, beliau berujar, “Sering kali orang mengira koran sampai begitu saja. Padahal, dibutuhkan proses panjang hingga koran itu sampai ke tangan-tangan konsumen sebelum jam 7 pagi, konsistensi yang diusahakan Bangka Pos. Sejak jam 11 atau selambat-lambatnya jam 12 malam proses pencetakan koran dilakukan dengan memulainya dari halaman dalam. Sekitar jam 2 sampai 3 dini hari, tim ekspedisi akan mengantarkan koran ini ke penjuru Bangka termasuk tim ekspedisi ke Bangka Selatan dan lainnya.”

Ungkapan tersebut kontan membuat para peserta didik bahkan guru pembimbing terkesima. Ternyata memang ada satu proses panjang dalam memproduksi hingga mendistribusikan koran tersebut.

Sementara itu, Bapak Alza Munzi S.T selaku manajer peliputan memberikan materi utama “Literasi Kuat, Jurnalistik Sehat” terkait apakah itu literasi, jurnalis dan liputan khusus, produk jurnalistik, bahkan Undang-Undang mengenai beropini, “Sejak kebebasan berpendapat seperti media cetak mulai terbuka oleh UU Pers No. 40 Tahun 1999, banyak bermunculan wartawan bebas yang melanggar kode etik jurnalistik, karena semua orang bisa jadi jurnalis, namun tidak semua orang bisa menulis. Seorang jurnalis harus bekerja di media pers yang terverifikasi dewan pers.”

Beliau juga menjelaskan konsep multiangle pada pemberitaan. “Terdapat 3 konsep multiangle. Yakni apa yang terjadi, makna untuk pembaca, serta apa yang dilakukan pembaca dari berita tersebut,” ujar beliau sembari mencontohkannya dengan hasil jurnalistik terbaru reporter Akhmad Rifqi Ramadhani, S.Pd dengan berita “Pijat Full Service 400 ribu”.

Di lain kesempatan, Pimpinan Redaksi Bangkapos Grup. Bapak Ibnu Taufik Juwariyanto S.Psi menjawab pertanyaan siswi SMAN 1 Pemali mengenai independent dan netralnya seorang wartawan. “Apakah independent dan netral itu sama? Tentu tidak. Independent berarti merdeka, berdiri sendiri. Sedangkan netral berarti tidak memihak. Seorang wartawan memang harus bersikap netral, namun pers tidak boleh netral, karena netral sama saja tidak berpendirian. Pers harus independent, memihak terhadap pihak yang lemah, pihak minoritas, dan tentunya kebenaran.” Lantas beliau menyangkut-pautkan dengan kisah Nenek Minah yang mencuri 3 buah kakao, salah satu sejarah buruk bila kita memihak pada kebenaran fakta ia mencuri tanpa memandang sudut pandang lain. Dengan diksi yang memukau, Bapak Taufik mampu membawa suasana dan memberikan fakta yang logis.

Menambahkan penjelasan Bapak Alza sebelumnya, beliau berkata, “Kebebasan pendapat berdasarkan UU Pers No. 40 Tahun 1999, setahun setelah reformasi memang cocok dengan kondisi saat itu, di mana kebebasan berpendapat amat dibutuhkan. Namun, dari UU tersebut terdapat ketimpangan, di mana yang diuntungkan adalah reporter, media, namun tidak dengan masyarakat di luar pers. Maka reporter harus adil dalam memposisikan diri sebagai diri sendiri, media, masyarakat yang diliput, bahkan pembaca.”

Di akhir kunjungan setelah 3 jam yang tidak terasa itu, rombongan diajak melihat langsung mesin pencetakan koran Bangka Pos sekaligus foto dokumentasi. Seruan takjub mengiringi penjelasan Bapak Arif yang menjelaskan dengan sabar fungsi mesin tersebut dan bagaimana pengoperasiannya. Sembari berfoto ria, peserta didik dapat mengobservasi setiap detail pembuatan koran tersebut.

Tanpa terasa, azan dzuhur mengakhiri kunjungan yang luar biasa tersebut. Peserta didik berharap dapat kembali bertandang untuk membahas beberapa hal yang belum dapat dikupas dalam 3 jam terakhir. Meski begitu, mereka tetap senang dengan kesempatan dan keramahtamahan pihak Kantor Bangka Pos dalam kunjungan ini. Bapak Derry Nodyanto, M.Pd selaku guru pembimbing juga turut mengucapkan terima kasih kepada pihak Bangka Pos. Tak lupa, sedikit cendera mata diberikan oleh SMAN 1 Pemali sebagai wujud kebanggaan pernah menimba ilmu di Kantor Bangka Pos ini. (*Maibyna Khairanisya)